materi : Bukti Kecerdasan Ajaran Islam: Tentang Alien dan Wormhole?
Judul : Bukti Kecerdasan Ajaran Islam: Tentang Alien dan Wormhole?
Bukti Kecerdasan Ajaran Islam: Tentang Alien dan Wormhole?
Artikel berita terbaru,
Saudaraku tercinta, dalam kesempatan kali ini kembali saya mengajak Anda
sekalian untuk mengulik tentang ajaran agama kita, yaitu Islam. Dimana
InsyaAllah akan mendatangkan manfaat, terlebih dapat semakin memperteguh
keyakinan kita di tengah morat-maritnya kehidupan dunia fana ini.
Tujuannya pun tidak jauh dari upaya untuk mengembalikan fitrah diri yang
di ciptakan oleh Allah SWT di muka bumi ini, yaitu menghamba
kepada-Nya.
Untuk lebih jelasnya, mari ikuti penelusurannya berikut ini:
1. Misteri Anunnaki (Alien), di masa kehidupan Rasulullah SAW?
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda yang bernama Uwais al-Qarni. Ia bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al-Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda yang bernama Uwais al-Qarni. Ia bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli membaca Al-Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan, tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.
Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili
kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan
kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari,
Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya
cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama sang ibu, bila ada
kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin
dan serba kekurangan seperti keadaannya. Kesibukannya sebagai
penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak
memengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari
dan bermunajat di malam harinya.
Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar
seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk
menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya.
Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.
Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais,
sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera
memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya
kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah
untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung.
Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan
cara kehidupan Islam.
Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru datang
dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan kekasih
Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum. Kecintaannya kepada
Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang
kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke
Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi,
tak ada yang merawatnya.
Di ceritakan ketika terjadi Pertempuran Uhud Rasulullah SAW mendapat
cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya.
Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya
dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti
kecintaannya kepada beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya.
Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung
membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan
diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan
memandang wajah beliau dari dekat?
Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan
tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam
menahan kerinduan untuk berjumpa. Akhirnya, pada suatu hari Uwais
mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada
ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang
ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan
anaknya.
Beliau memaklumi perasaan Uwais, dan berkata, “Pergilah wahai anakku!
temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau
kembali pulang”. Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak
lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan
kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.
Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju
Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman.
Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir,
bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan
begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya
dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda
Nabi SAW yang selama ini dirindukannya. Tibalah Uwais al-Qarni di kota
Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu
sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah RA, sambil
menjawab salam Uwais.
Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata
beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang.
Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang
dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin
menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang.
Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga
pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang
ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”. Karena ketaatan kepada ibunya,
pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk
menunggu dan berjumpa dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon
pamit kepada Sayyidatina ‘Aisyah RA untuk segera pulang ke negerinya.
Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan
perasaan haru.
Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang kedatangan
orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais
al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit
(sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda Rasulullah SAW,
sayyidatina ‘Aisyah RA dan para sahabatnya tertegun. Menurut informasi
sayyidatina ‘Aisyah RA, memang benar ada yang mencari Nabi SAW dan
segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan
sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.
Rasulullah SAW bersabda : “Kalau
kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia
mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau SAW, memandang kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA dan Sayyidina Umar bin Khattab RA dan bersabda, “Suatu
ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan
istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.
Misteri Uwais, manusia langit dari Yaman
Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq RA telah di estafetkan Khalifah Umar RA. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Ia segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.
Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq RA telah di estafetkan Khalifah Umar RA. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Ia segera mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.
Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya
yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan
kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan
mereka. Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah
menuju kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari
Yaman, segera khalifah Umar RA dan sayyidina Ali RA mendatangi mereka
dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu
mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta
mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas
pergi menemui Uwais al-Qorni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar RA dan Sayyidina
Ali RA memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan salat.
Setelah mengakhiri shalatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung
tersebut sambil bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar segera
membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang
berada ditelapak tangan Uwais, sebagaimana pernah disabdakan oleh
baginda Nabi SAW. Memang benar! Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais
oleh kedua tamu tersebut, siapakah nama saudara? “Abdullah”, jawab
Uwais.
Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan, “Kami
juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya
?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais al-Qorni”. Dalam pembicaraan
mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah
sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu.
Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali RA memohon agar Uwais berkenan
mendo’akan untuk mereka.
Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah, “Sayalah yang harus
meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan Uwais, Khalifah
berkata, “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.
Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat
kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah
Umar RA berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada
Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menolak dengan halus
dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang.
Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak
diketahui orang lagi”.
Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar
beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh
Uwais. Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah
meninggal dunia. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah
banyak orang tak dikenal yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika
dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada
orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.
Demikian pula ketika masyarakat pergi hendak menggali kuburnya. Di sana
ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai.
Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang
yang berebutan untuk mengusungnya.
Dan Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika itu aku ikut mengurusi
jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya. Lalu aku
bermaksud kembali ke tempat penguburannya untuk memberi tanda pada
kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat lagi adanya bekas
kuburannya”. (Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut
berperang dalam satu pasukan, bersama Uwais al-Qorni di masa
pemerintahan Umar Ibnu Khattab RA).
Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.
Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya
orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan
orang.
Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam
kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya
terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling
bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni?
Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki
apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta?
Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman
dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal.
Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah
para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa
“Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di
langit.
Manusia “Penghuni Langit” = Alien dari Planet Nibiru ?
Entah kebetulan atau tidak, ciri-ciri fisik Uways sangat mirip dengan ras Kaukasia, yang oleh beberapa kalangan dikatakan mewarisi ciri fisik bangsa Anunnaki, Alien dari Planet Nibiru. Meskipun Islam, tidak menolak kemungkinan adanya makhluk lain, di luar bumi. Namun tidak serta merta kita menyatakan, Uways sesungguhnya Alien, yang nyasar di bumi ini.
Entah kebetulan atau tidak, ciri-ciri fisik Uways sangat mirip dengan ras Kaukasia, yang oleh beberapa kalangan dikatakan mewarisi ciri fisik bangsa Anunnaki, Alien dari Planet Nibiru. Meskipun Islam, tidak menolak kemungkinan adanya makhluk lain, di luar bumi. Namun tidak serta merta kita menyatakan, Uways sesungguhnya Alien, yang nyasar di bumi ini.
Benarkah planet Nibiru, yang dihuni bangsa Anunnaki itu ada? Atau hanya
cerita dongeng dari bangsa Sumeria? Jika Uways adalah Alien, bagaimana
ia bisa sampai ke Yaman? Apakah ia datang melalui pintuWormhole? (baca kembali tulisan diatas).
Ke-shahihan kisah Uways Al-Qorni, juga harus diteliti lagi. Hal
tersebut, dalam upaya untuk menghindari cerita-cerita dongeng bangsa
Sumeria kuno, masuk ke dalam khasanah keilmuan umat Muslim.
Andaikan semua kisah tentang Uways adalah sebuah fakta, penjelasan yang
paling logis saat ini adalah, Uways Al-Qorni adalah seorang keturunan
bangsa Kaukasia, yang tinggal di negeri Yaman. Baktinya terhadap sang
bunda, telah memberi kemuliaan kepada dirinya, dengan digelari sebagai
“Penghuni Langit” oleh Rasulullah SAW.
2. Identifikasi fenomena wormhole, menurut Al-Qur’an.
Di dalam Physics Science, dikenal istilah Wormhole (Lubang Cacing). Wormhole sendiri, menurut batasan Fisika Moderen, adalah bagian dari Alam Semesta yang bisa digunakan sebagai jalan pintas perjalanan yang amat jauh.
Di dalam Physics Science, dikenal istilah Wormhole (Lubang Cacing). Wormhole sendiri, menurut batasan Fisika Moderen, adalah bagian dari Alam Semesta yang bisa digunakan sebagai jalan pintas perjalanan yang amat jauh.
Fenomena alam ini secara teoritis, merupakan lorong magnetik yang
didalamnya memiliki gravitasi kuat, yang mampu menarik apapun yang masuk
ke dalamnya. Dan untuk kemudian mendorongnya ke ujung lorong yang lain
hanya dalam beberapa saat. Yang dimaksud dengan ‘ujung lorong lain’ ini,
adalah pintu dari alam semesta yang paralel dengan kita, atau bisa juga
alam semesta dari galaksi lain.
Sejumlah ahli fisika terkemuka pernah berasumsi, kuatnya gravitasi wormhole sudah
cukup membuat moda transportasi yang tak terlalu canggih mampu melaju
dengan kecepatan di atas kecepatan cahaya. Oleh karena itu, secara
teoritis, perjalanan antar galaksi yang letaknya amat berjauhan bukan
tak mungkin bisa diselesaikan hanya dalam waktu 200 hari atau kurang.
Hanya kini masalahnya, bagaimana mencari sang Wormhole tersebut?
Sayang sekali, justru masalah inilah yang tak pernah terpecahkan hingga
kini. Para ahli astro-fisika hingga saat ini baru sebatas mengetahui
konstruksi teoritisnya, sementara selebihnya masih sangat gelap
(sumber: Menjelajah Alam Semesta).
Wormhole-Ma’aarij
Menurut Einstein dan I. Rosen, keberadaan wormhole amat erat kaitannya dengan black-hole, obyek alam semesta yang dikenal memiliki gravitasi amat kuat. Sementara menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) dengan melalui “wormhole”, kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan (Sumber: Teori Fisika Hawking, mengungkap Perjalanan Isra Rasulullah?).
Menurut Einstein dan I. Rosen, keberadaan wormhole amat erat kaitannya dengan black-hole, obyek alam semesta yang dikenal memiliki gravitasi amat kuat. Sementara menurut Hawking, pada kondisi waktu maya (waktu Tuhan) dengan melalui “wormhole”, kita bisa pergi ke waktu manapun dalam riwayat bumi, bisa pergi ke masa lalu dan ke masa depan (Sumber: Teori Fisika Hawking, mengungkap Perjalanan Isra Rasulullah?).
Berdasarkan teori, waktu akan berjalan lebih lamban, jika berada di
dekat medan gravitasi, oleh karenanya gravitasi memiliki
cangkang-cangkang waktu. Begitupun ketika kita melaju dengan roket pada
beberapa kecepatan yang berbeda, maka akan memiliki beberapa dilatasi
waktu yang berbeda. Kesimpulannya, ketika kita melaju lurus pada satu
kecepatan, sebenarnya kita berada pada satu cangkang dari medan
gravitasi.
Misal kembar A, B dan C berumur 20 tahun. Kembar A melaju lurus ke
sebuah bintang dan balik lagi ke bumi. Kembar B melaju melengkung
konstan mengitari bumi dengan kelajuan yang sama dengan kembar A. Kembar
C berada di bumi. Kembar A dan B akan berumur 50 tahun, sedangkan
kembar C akan berumur 70 tahun.
Wormhole yang berkaitan dengan hubungan dalam ruang-waktu, dikenal sebagai Laurentzian wormhole. Lorentzian wormholes terbagi dalam dua jenis:
- Inter-universe wormholes, wormholes yang menghubungkan semesta kita dengan ‘semesta’ yang lain. Ini adalah dugaan tentang adanya semesta paralel.
- Intra-universe wormholes, wormhole yang menghubungkan dua daerah dalam semesta yang sama.
Ada juga wormhole lain yang dikenal sebagai Euclidean wormholes,
yang mana, wormhole ini ada dalam proses yang sangat mikro, karena
menjadi perhatian utama para ahli teori medan quantum (sumber : Wormhole-Langitselatan.com).
Beberapa Cendikiawan Muslim, mengidentifikasikan adanya Wormhole-Ma’aarij, yakni tempat-tempat naik para malaikat (sumber : Ma’aarij (Wormhole)). Sebagaimana firman Allah SWT :
“Dari
Allah yang mempunyai tempat-tempat naik. Naik malaikat dan ruh
kepada-Nya di dalam satu hari adalah ukurannya lima puluh ribu tahun” (QS. Al-Ma’aarij [70] : 3-4).
Wormhole-Ma’aarij ini,
lebih merupakan jalur khusus yang diciptakan Allah bagi hamba-hamba
yang dikehendaki-Nya. Ada yang meyakini, kisah-kisah di dalam Al-Qur’an,
seperti Pemuda Al-Kahfi dan PeristiwaIsra’, ada keterkaitan dengan Fenomena Wormhole-Ma’aarij ini.
Wormhole-Ma’aarij juga diyakini, akan menemui semua insan yang bernyawa, yakni ketika ajal menjelang, terbukalah satu pintu Wormhole-Ma’aarij kepada kita. Hyperspace ini akan terhubung ke Alam Barzakh,
dimana Malaikat Maut akan menemani kita dalam meniti “jembatan” ini,
yang satu harinya berbanding secara relative 50 ribu tahun di bumi.
*****
Demikianlah uraian singkat mengenai sebagian kecil dari bukti kecerdasan
yang ada di dalam ajaran Islam. Terlepas dari segala kekurangannya,
diharapkan dapat terus membangkitkan semangat diri kita untuk terus
mengkaji lebih luas setiap keindahan yang terdapat di dalam ajaran Islam
(ayat-ayat Al-Qur`an dan Hadits). Karena dapat di pastikan kita pun
akan memperoleh banyak manfaat, baik di dunia maupun nanti di kehidupan
akherat.
Demikianlah Artikel Bukti Kecerdasan Ajaran Islam: Tentang Alien dan Wormhole?
Sekian materi Bukti Kecerdasan Ajaran Islam: Tentang Alien dan Wormhole?, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan kali ini semoga kalian bisa kembali lagi ke sini dan mengajak teman kalian menuju ke sini supaya saya lebih semangat lagi untuk update artikel maka sebarkan link blog ini dan jangan lupa untuk komentar bisa melalui facebook juga lho komentarnya .
0 Response to "Bukti Kecerdasan Ajaran Islam: Tentang Alien dan Wormhole?"
Posting Komentar